Salah satu cara belajar memahami teks cerita fabel adalah dengan menganalisis tokohnya. Bukan hanya tokoh dalam cerita fabel siapa, tetapi bagaimana wataknya dan bagaimana cara menggambarkan watak tokoh tersebut.
Sebelum memahami cara menetukan dan penggambaran tokoh, yang perlu dipelajari adalah menyebutkan tokoh terlebih dahulu. Setelah mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat di dalam sebuah fabel, maka bisa dianalisis watak atau karakternya. Karakter atau watak tokoh dalam fabel ini bisa diketahui dari bukti-bukti yang ada di dalam cerita fabel.
Selah satu cara untuk menentukan watak tokoh adalah membaca keseluruhan teks fabel. Khususnya teks fabel Semua Istimewa.
Ada baiknya kita baca terlebih dahulu teks fabelnya sebelum kita tentukan tokoh, watak tokoh, dan buktinya dalam teks.
Berikut ini teks fabel Semua Istimewa.
Semua Istimewa
Ulu, seekor katak hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hai itu langit sangat gelap dan hari seperti itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.
"Hujan telah tiba!" Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenanndung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.
"Wahai semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!" seru Ulu kepada semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.
Semut menghela napas dan menantap Ulu dalam-dalam. "Ulu, aku tidak suka dengan ujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh," sahut Semut.
"Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu," Ulu menjulurkan kakinya, "dan tendang ke belakang seperti iti! Ups, maaf, kakimu kan pendek," Sambi tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut.
Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan.
Ulu kembali berseru, "Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, Hai Ikan! Au sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu. "Aku tidak dapat merasakan hujan Ulu. Lihatlahh, aku tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku dapat menikmati hujan seperti kamu Ulu?" Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.
"Hah! sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kamu bisa seperti aku, dapat hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu sebab kamu idak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di badanmu!"
Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang ersisik, lalau menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang ersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisikolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.
Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger i dhan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat menikmati hujan.
"Hai Burung, kenapa kau tdak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut bulumu basah? Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti Semut? Ataukah memang kamu tidak bisa menikmati indahnya hujan seperti Ikan?" Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.
Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa, "Hai Ulu, apakah kau bisa naik ke mari?"
Ulu kebingunan, "Apa maksudmu, Burung?"
"Apakah kau bisa memanjat naik ke mari, Ulu?"
"Apa yang kau maksud, Burung? Tentu saja aku tidak bisa!" Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya,. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehinga tidak bisa terbang.
"Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan k3unikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa," burung kembali berkata dengan bijak. "Itulah yang kumaksud, Ulu. Kita masing-masing memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!"
Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.
"Maafkan aku Burung." ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut, Ikan yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka. "Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu." Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
Dari teks cerita fabel di atas dapat kita ketahui bahwa ada empat tokoh yang terlibat dalam fabel di atas yaitu:
1. Tokoh Ulu si Katak Hijau
2. Tokoh Semut yang Penakut
3. Tokoh Ikan yang Minder
4. Tokoh Burung yang Bijaksana
Dari keempat tokoh di atas, bisa disebutkan masing-masing wataknya adalah sebagai berikut:
Tokoh Ulu berwatak Sombong. Dia selalu menyombongkan kelebihannya dibanding dengan teman-teman yang lain yang ada di sekitar kola.
Ulu mengejek Semut yang tidak bisa berenang.
Bukti dalam Fabel:
"Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu," Ulu menjulurkan kakinya, "dan tendang ke belakang seperti iti! Ups, maaf, kakimu kan pendek," Sambi tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut.
Dalam kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Ulu suka mengejek orang lain yang tidak sama dengan dirinya.
Tokoh Semut berwatak Penakut. Dengan tubuh yang kecil, semut takut akan hujan karena tidak bisa berenang. Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika hanya diejek oleh Ulu, dia hanya terdiam.
Bukti dalam fabel:
Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan.
Tokoh Ikan berwatak pemarah. Ketika ulu mengejeknya dia hanya diam, minder, dan marah. Akhirnya dia (ikan) lebih memilih menghindari tokoh Ulu daripada harus melayani ejekan tokoh Ulu.
Bukti dalam fabel:
Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang ersisik, lalau menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang ersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi kolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.
Tokoh Burung berwatak bijaksana. Meskipun dia diejek oleh Ulu, Tokoh Burung justru menjawab tantangan tokoh Ulu dengan jawaban yang cerdas dan menohok. Akhirnya Ulu pun mengakui kekurangan dirinya.
Bukti dalam Fabel:
"Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan k3unikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa," burung kembali berkata dengan bijak.
Demikian penjelasan tentang tokoh dan watak tokoh dalam fabel 'Semua Istimewa'. Semoga bermanfaat dalam pembelajaran Cerita Rakyat.
Sebelum memahami cara menetukan dan penggambaran tokoh, yang perlu dipelajari adalah menyebutkan tokoh terlebih dahulu. Setelah mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat di dalam sebuah fabel, maka bisa dianalisis watak atau karakternya. Karakter atau watak tokoh dalam fabel ini bisa diketahui dari bukti-bukti yang ada di dalam cerita fabel.
Selah satu cara untuk menentukan watak tokoh adalah membaca keseluruhan teks fabel. Khususnya teks fabel Semua Istimewa.
Ada baiknya kita baca terlebih dahulu teks fabelnya sebelum kita tentukan tokoh, watak tokoh, dan buktinya dalam teks.
Berikut ini teks fabel Semua Istimewa.
Semua Istimewa
Ulu, seekor katak hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hai itu langit sangat gelap dan hari seperti itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.
"Hujan telah tiba!" Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenanndung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.
"Wahai semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!" seru Ulu kepada semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.
Semut menghela napas dan menantap Ulu dalam-dalam. "Ulu, aku tidak suka dengan ujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh," sahut Semut.
"Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu," Ulu menjulurkan kakinya, "dan tendang ke belakang seperti iti! Ups, maaf, kakimu kan pendek," Sambi tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut.
Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan.
Ulu kembali berseru, "Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, Hai Ikan! Au sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu. "Aku tidak dapat merasakan hujan Ulu. Lihatlahh, aku tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku dapat menikmati hujan seperti kamu Ulu?" Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.
"Hah! sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kamu bisa seperti aku, dapat hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu sebab kamu idak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di badanmu!"
Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang ersisik, lalau menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang ersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisikolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.
Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger i dhan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat menikmati hujan.
"Hai Burung, kenapa kau tdak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut bulumu basah? Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti Semut? Ataukah memang kamu tidak bisa menikmati indahnya hujan seperti Ikan?" Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.
Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa, "Hai Ulu, apakah kau bisa naik ke mari?"
Ulu kebingunan, "Apa maksudmu, Burung?"
"Apakah kau bisa memanjat naik ke mari, Ulu?"
"Apa yang kau maksud, Burung? Tentu saja aku tidak bisa!" Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya,. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehinga tidak bisa terbang.
"Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan k3unikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa," burung kembali berkata dengan bijak. "Itulah yang kumaksud, Ulu. Kita masing-masing memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!"
Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.
"Maafkan aku Burung." ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut, Ikan yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka. "Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu." Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
Dari teks cerita fabel di atas dapat kita ketahui bahwa ada empat tokoh yang terlibat dalam fabel di atas yaitu:
1. Tokoh Ulu si Katak Hijau
2. Tokoh Semut yang Penakut
3. Tokoh Ikan yang Minder
4. Tokoh Burung yang Bijaksana
Dari keempat tokoh di atas, bisa disebutkan masing-masing wataknya adalah sebagai berikut:
Tokoh Ulu berwatak Sombong. Dia selalu menyombongkan kelebihannya dibanding dengan teman-teman yang lain yang ada di sekitar kola.
Ulu mengejek Semut yang tidak bisa berenang.
Bukti dalam Fabel:
"Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak berupa berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu," Ulu menjulurkan kakinya, "dan tendang ke belakang seperti iti! Ups, maaf, kakimu kan pendek," Sambi tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut.
Dalam kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Ulu suka mengejek orang lain yang tidak sama dengan dirinya.
Tokoh Semut berwatak Penakut. Dengan tubuh yang kecil, semut takut akan hujan karena tidak bisa berenang. Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika hanya diejek oleh Ulu, dia hanya terdiam.
Bukti dalam fabel:
Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan.
Tokoh Ikan berwatak pemarah. Ketika ulu mengejeknya dia hanya diam, minder, dan marah. Akhirnya dia (ikan) lebih memilih menghindari tokoh Ulu daripada harus melayani ejekan tokoh Ulu.
Bukti dalam fabel:
Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang ersisik, lalau menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang ersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi kolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.
Tokoh Burung berwatak bijaksana. Meskipun dia diejek oleh Ulu, Tokoh Burung justru menjawab tantangan tokoh Ulu dengan jawaban yang cerdas dan menohok. Akhirnya Ulu pun mengakui kekurangan dirinya.
Bukti dalam Fabel:
"Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan k3unikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa," burung kembali berkata dengan bijak.
Demikian penjelasan tentang tokoh dan watak tokoh dalam fabel 'Semua Istimewa'. Semoga bermanfaat dalam pembelajaran Cerita Rakyat.