Kamis, 23 April 2020

Sejarah Pahlawan Perjuangan Indonesia Ismail Marzuki Dan Abdul Haris Nasution

Gadis Rantau
Sejarah Pahlawan Perjuangan Indonesia Ismail Marzuki Dan Abdul Haris Nasution Pahlawan Perjuangan Indonesia Ismail Marzuki Ismail Marzuki (lahir di Kwitang, Senen Batavia 11 Mei – Meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta 25 Mei 1958 pada umur 55 tahun)adalah salah seorang komponis besar Indonesia. Namanya Kini diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Ismail Marzuki Lahir dan besar di daerah Jakarta dari keluarga Betawi. Lagu ciptaan karya Ismail Marzuki yang paling populer adalah Rayuan Pulau Kelapa yang digunakan sebagai lagu penutup akhir siaran oleh stasiun TVRI pada masa pemerintahan Orde Baru.


Ismail Marzuki mendapat anugerah penghormatan pada tahun 1968dengan dibukanya Taman Ismal Marzuki, sebuah taman dan pusat kebudayaan di Salemba, Jakarta Pusat. Pada tahun 2004 beliau dinobatkan menjadi salah seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia. Ia sempat mendirikan Empat Sekawan. Selain itu ia dikenal publik ketika mengisi musik dalam ilm Terang Bulan.
Abdul Haris Nasution
Pahlawan Zaman Pergerakan dan Kemerdekaan 
Abdul Haris Nasution, beliau lebih akrab dengan panggilan Pak Nas, di lahirkan di Kotanopan, Sumatera Utara pada tanggal 3 Desember 1918. Profesi dari beliau adalah guru di Bengkulu dan Palembang. Beliau kemudian memasuki dunia militer dengan mengikuti sekolah perwira cadangan yang diadakan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1940. Beliau  kemudian ditempatkan di Surabaya dengan pangkat Pembantu Letnan.

Ketika pasukan Jepang masuk Indonesia pada tahun 1942, ia turut berperang melawan Jepang. Belanda kalah lalu Pak Nas meninggalkan di Surabaya menuju Bandung. Di Kota Bandung, Pak Nasmenjadi pegawai pamong praja. Pada tahun 1943, beliau kembali ke dunia militer dengan menjabat Wakil Komandan Barisan Pelopor di Bandung. Setelah Jepang takluk dan PETA di bubarkan, Nasution menyatukan para pemuda bekas anggota PETA dan mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pada tahun 1946 ia ditunjuk menjadi Panglima Divisi III/Priangan dan seterusnya ia dikukuhkan menjadi Panglima Divisi Siliwangi oleh Presiden Sukarno pada bulan Mei 1946.


Pada Februari 1948, Pak Nas menjabat Wakil Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat. Jabatan itu kemudian dihapuskan sebulan kemudian dan Pak Nas ditunjuk menjadi Kepala Staf Operasi Markas Besar Angkata Perang Republik Indonesia dan selanjutnya menjabat Panglima Komando Jawa. Berikutnya beliau menyandang jabatan Kepala Staf Angkatan Darat  (1949-1952). Pak Nas pernah mengajukan petisi kepada Presiden Sukarno agar membubarkan Parlemen setelah ia mendapati para politisi sipil mulai campurtangan di tubuh militer. Tindakannya dianggap menekan Presiden. Akibatnya, ia dicopot dari jabatannya selaku Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 1952. Namun tiga tahun kemudian jabatan itu kembali dijabatnya.