Malam telah berlalu, sang surya telah menampakkan sinarnya. Pagi itu sangat cerah, secerah hati Dasamuka yang sedang bahagia. Impiannya selama ini untuk mempersunting Dewi Sinta sang titisan Dewi Widowati, cinta pertama Rahwana yang selalu bertepuk sebelah tangan akan segera terwujud. Hari itu, suami Sinta, Rama beserta Laksmana akan dipenggal dihadapan Sinta. Sehingga tak ada alasan lagi bagi Sinta untuk menolak Rahwana.
Saat ini, Dasamuka beserta rombongan prajurit menuju penjara tempat Rama beserta adik ditawan. Alangkah terkejutnya Rahwana mendapati kenyataan bahwa Rama dan Laksama telah hilang. Sang penjaga, si monyet putih Trigangga pun hilang entah kemana. Kontan meledaklah kemarahan Rahwana. Rahwana kemudian mengangkat Bukbis menjadi senopati perang dan menugaskannya untuk mencari dan melenyapkan Rama.
Bukbis maju ke medan yuda sebagai senopati, memimpin pasukan Alengka berangkat ke medan perang. Dan akhirnya bertemulah pasukan raksasa Alengka dan pasukan kera Pancawati. Adegan sabung nyawapun kembali terjadi.
Bukbis dengan kekuatan andalannya sorot api dari mata ketiganya, membuat bala Pancawati banyak yang tewas terbakar. Secara bergantian satria Pancawati melawan Bukbis. Bukbis, memiliki sorotan api dari mata ketiganya. Api membakar pasukan Anggada, Demikian pula dengan Anila mengalami hal yang serupa. Pasukan kera menjerit jerit kepanasan terpanggang api. Melihat kesengsaraan perajurit kera, Wibisana mengarahkan panahnya ke sekumpulan mega mendung dilangit, hingga hujan turun dengan derasnya. Apipun padam. Wibisana memerintahkan Anoman untuk membawa kaca cermin dalam menghadapi sinar api Bukbis. Kaca cermin telah disiapkan oleh Anoman.
Perkelahian Bukbis dengan Anoman kembali terjadi. Ketika mata ketiga Bukbis mulai memancarkan sinar yang menyilaukan mata, Anoman sudah siap menjemputnya. Anoman segera meloncat kesamping kaca, menghindar dari serangan sinar api, dan menahannya dengan kaca cermin tersebut. Sehingga sinar api yang diarahkan ke Anoman mengenai cermin, dan sinar api yang mengenai cermin, kemudian berbalik kembali kearah Bukbis, sehingga Bukbis terbakar dengan sendirinya. Pasukan Pancawati bersorak sorai menyambut kemenangan. Pasukan Prabu Rama semakin maju memasuki wilayah dalam Kotaraja Negeri Alengka.
Saat ini, Dasamuka beserta rombongan prajurit menuju penjara tempat Rama beserta adik ditawan. Alangkah terkejutnya Rahwana mendapati kenyataan bahwa Rama dan Laksama telah hilang. Sang penjaga, si monyet putih Trigangga pun hilang entah kemana. Kontan meledaklah kemarahan Rahwana. Rahwana kemudian mengangkat Bukbis menjadi senopati perang dan menugaskannya untuk mencari dan melenyapkan Rama.
Bukbis maju ke medan yuda sebagai senopati, memimpin pasukan Alengka berangkat ke medan perang. Dan akhirnya bertemulah pasukan raksasa Alengka dan pasukan kera Pancawati. Adegan sabung nyawapun kembali terjadi.
Bukbis dengan kekuatan andalannya sorot api dari mata ketiganya, membuat bala Pancawati banyak yang tewas terbakar. Secara bergantian satria Pancawati melawan Bukbis. Bukbis, memiliki sorotan api dari mata ketiganya. Api membakar pasukan Anggada, Demikian pula dengan Anila mengalami hal yang serupa. Pasukan kera menjerit jerit kepanasan terpanggang api. Melihat kesengsaraan perajurit kera, Wibisana mengarahkan panahnya ke sekumpulan mega mendung dilangit, hingga hujan turun dengan derasnya. Apipun padam. Wibisana memerintahkan Anoman untuk membawa kaca cermin dalam menghadapi sinar api Bukbis. Kaca cermin telah disiapkan oleh Anoman.
Perkelahian Bukbis dengan Anoman kembali terjadi. Ketika mata ketiga Bukbis mulai memancarkan sinar yang menyilaukan mata, Anoman sudah siap menjemputnya. Anoman segera meloncat kesamping kaca, menghindar dari serangan sinar api, dan menahannya dengan kaca cermin tersebut. Sehingga sinar api yang diarahkan ke Anoman mengenai cermin, dan sinar api yang mengenai cermin, kemudian berbalik kembali kearah Bukbis, sehingga Bukbis terbakar dengan sendirinya. Pasukan Pancawati bersorak sorai menyambut kemenangan. Pasukan Prabu Rama semakin maju memasuki wilayah dalam Kotaraja Negeri Alengka.
Untuk membaca kisah lengkap Ramayana silakan Klik Disini.