Rabu, 15 April 2020

Kerajaan Kalingga

Ratu   Sima   adalah   penguasa   di   Kerajaan   Kalingga.   Ia   digambarkan  sebagai  seorang  pemimpin  wanita  yang  tegas  dan  taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Po-li (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng (Sumatra).

Sementara  di  sebelah  utara  Kalingga  terdapat  Chen-la  (Kamboja)  dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra. Oleh karena itu, lokasi Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Kecamatan Keling,  Jepara, Jawa Tengah atau di sebelah utara Gunung Muria. Sumber  utama  mengenai  Kerajaan  Kalingga  adalah  berita  Cina, misalnya berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk  Mas  di  lereng  Gunung  Merbabu.  Melalui  berita  Cina,  banyak  hal yang kita ketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira abad ke-7 sampai ke-9 M.
taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu Kerajaan Kalingga
Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat  Raja  yang  paling  terkenal  pada  masa  Kerajaan  Kalingga  adalah  seorang  raja  wanita  yang  bernama  Ratu  Sima.  Ia  memerintah  sekitar  tahun  674  M.  Ia  dikenal  sebagai  raja  yang  tegas,  jujur,  dan  sangat  bijaksana.   Hukum   dilaksanakan   dengan   tegas   dan  seadil-adilnya. Rakyat patuh terhadap semua peraturan yang  berlaku.  Untuk  mencoba  kejujuran  rakyatnya,  Ratu  Sima  pernah  mencobanya,  dengan  meletakkan  pundi-pundi  di  tengah  jalan.  Ternyata  sampai  waktu  yang  lama  tidak  ada  yang  mengusik  pundi-pundi  itu.

Akan tetapi, pada suatu hari ada anggota keluarga istana yang sedang jalan-jalan, menyentuh kantong pundi-pundi dengan kakinya. Hal ini diketahui Ratu Sima. Anggota keluarga istana itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati. Akan tetapi atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegas  dan  adilnya  Ratu  Sima.  Ia  tidak  membedakan  antara  rakyat dan anggota kerabatnya sendiri. Agama  utama  yang  dianut  oleh  penduduk  Kalingga  pada umumnya adalah Buddha.

Agama Buddha berkembang pesat. Bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang di Kalingga dan tinggal selama tiga tahun. Selama di Kalingga, ia  menerjemahkan  kitab  suci  agama  Buddha  Hinayana  ke  dalam  bahasa  Cina.  Dalam  usaha  menerjemahkan  kitab  itu  Hwi-ning dibantu oleh seorang pendeta bernama Janabadra.Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat hidup teratur,  aman,dan  tenteram.  Mata  pencaharian  penduduk  pada umumnya adalah bertani, karena wilayah Kalingga subur untuk pertanian. Di samping itu, penduduk juga melakukan perdagangan.

Kerajaan Kalingga  mengalamikemunduran  kemungkinan  akibat  serangan  Sriwijaya  yang  menguasai  perdagangan. Serangan  tersebut mengakibatkan  pemerintahan  Kijen  menyingkir  ke  Jawa  bagian  timur  atau  mundur  ke  pedalaman  Jawa  bagian  tengah  antara  tahun  742 -755 M.